Jumat, 17 Agustus 2018

Hari Kelahiran Banu


BANU lahir di hari Rabu, 16 Agustus 2018, sekitar pukul 10.59, sehari sebelum hari kemerdekaan RI yang saat itu jatuh di hari Kamis. Beratnya mencapai 2,88 kg dengan panjang tubuh sekitar 47,5 cm. Saat dilahirkan ia sudah mencapai 38 minggu usia kandungan.

Dari cerita yang sering diberikan kepada saya, anak laki-laki biasanya dilahirkan bisa melebihi usia 38 minggu. Itu artinya melebihi waktu 9 bulan. Tapi, Banu dilahirkan bukan dalam keadaan normal. Istri saya berisiko bersalin normal mengingat riwayatnya yang pernah menjalani operasi kelahiran ektopik.

Dokter yang menangani Lola menjelang minggu-minggu kelahiran Banu mengatakan akan sangat berisiko jika harus menunggu kelahiran normal. Lebih baik Banu segera dilahirkan sebelum kedatangan tanda-tanda melahirkan seperti rasa sakit pada perut atau kontraksi. Menurut keterangan dokter, Lola harus disesar. Itu satu-satunya pilihan yang paling minim risiko.

Tapi, dari berat badan Banu setelah melalui USG, dinyatakan saat itu belum mencapai 3 kg. Anehnya usia kandungan Lola sudah mencapai delapan bulan lebih.

Seperti umumnya bayi yang dilahirkan di bawah 3 kilo atau tidak di atas 2,5 kilo berisiko prematur. Dengan kata lain, bayi yang tidak mencapai berat normal lahiran mesti ditangani khusus agar dapat sehat pasca dilahirkan.

Melihat kejanggalan itu, diputuskan agar Lola memeriksakan darahnya. Setelah melalui uji laboratorium, ternyata kadar hb Lola hanya mencapai angka 8. Dari analisis dokter, perkembangan berat Banu yang tidak sesuai usia kehamilan diakibatkan hemoglobin Lola yang rendah.

Semenjak itu Lola disarankan mesti banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk mengantisipasi, dokter juga memberikan vitamin tambahan agar hb Lola cepat membaik.

Di hari konsultasi itu kami disarankan agar datang sepekan lagi. Kata dokter, Lola sudah harus rutin memeriksakan diri menjelang hari kelahirannya. Saat itu kami memprediksi hpl istri saya kurang sebulan lagi.

Pekan depan kami datang kembali memeriksa kandungan Lola. Setelah di USG dokter menyatakan kandungan dalam keadaan sehat.

“Sudah 3 kilo mi  beratnya dedek bayi. Bisami ini dilahirkan." Kata dokter  tiba-tiba sambil meletakkan alat USGnya.

Lola diputuskan sudah dapat segera bersalin.

"Bagus tanggal 16 di. Jadi tanggal 15 bisa maki masuk siap-siap.” Kata dokter sembari menulis sesuatu di secarik kertas saat ia kembali duduk di mejanya, setelah ia melihat-lihat tanggal di atas mejanya.

Sontak kami berdua lumayan kaget. Perhitungan kami meleset. Dokter menyatakan kurang sepekan Lola mesti melahirkan. Itu berarti tinggal 4 hari lagi.

Keputusan dokter saat itu didasarkan dari berat badan Banu yang sudah mencapai 3, 2 kg. Jika sudah mencapai 3 kilo Banu sudah bisa dilahirkan. Begitu pendakuan sang dokter sebelumnya.

“Tidak bisa tanggal-tanggal 20-an pi, Dok?” Lola berusaha bernegosiasi.

Saat itu Lola berkeinginan jadwal lahirannya dimundurkan karena masih ada beberapa pekerjaannya yang mesti segera ia selesaikan.

“Ndak boleh, nanti takutnya di tanggal-tanggal itu kontraksi ki, sayang.”

“Istirahat maki dulu. Menenangkan diri, mau ki ini ceritanya berjihad. Bagus di tanggal 16 nanti.” Tambah sang dokter.

“Bisa pas tanggal 17 Agustus, Dok?” Saya segera menimpali.

“Bagus kalau bertepatan dengan hari kemerdekaan, Dok?”

Sang dokter tersenyum sambil mengatakan bahwa di hari itu ia libur. Dan kalau bisa, itupun akan melanggar aturan jika berprakter di hari libur.

Kala itu, saya berpikir akan sangat luar biasa jika Banu dilahirkan bersamaan dengan hari kemerdekaan Indonesia. Pertama, siapa pun akan mengingat hari kelahiran Banu yang bersamaan dengan perayaan HUT Kemerdekaan. Kedua, di momen bersejarah itu ada dua peristiwa yang patut dirayakan.

Namun, keadaan berkata lain. Sesuai rencana dokter. Banu akan dilahirkan di tanggal 16 nanti.

Semenjak diputuskan akan lahir, saya berusaha menenangkan diri. Berusaha mengerjakan hal-hal baik dan menghindari perilaku buruk yang bisa memengaruhi baik tidaknya proses persalinan.

Lola, istri saya pasca itu segera saya ingatkan agar jangan terlalu banyak bekerja. Semampunya saja jika memang ada yang ingin dikerjakan. Satu hal yang terus saya ingatkan kepada dia, tenangkan pikiran. Mulai sekarang berbahagialah.

Akhirnya tiba juga di hari Selasa yang berarti kami harus segera masuk ke rumah sakit yang direkomendasikan dokter. Kami tiba menjelang magrib dan mendapatkan keputusan bahwa Lola akan bersalin pukul 9 besok pagi.

Di malam itu, seolah-olah waktu bergerak menjadi lambat. Kami berdua hanya pasrah menanti hari esok. Saya, seperti dihempas kepada suatu pengalaman baru. Segera apa pun yang saya lihat seolah-olah tidak biasa. Seolah-olah di bawah, diri saya terputus segera dari tempat pijakan kaki. Dan, paras istri saya semakin terang dalam benak. Seolah-olah kami sedang bertaruh entah apa.