BANU adalah anugerah. Bahkan sebuah
keajaiban. Dalam istilah medis, anak saya ini diistilahkan sebagai HSVB (High
Social Value Baby) atau anak mahal. Anak mahal adalah keadaan kandungan
bayi bagi ibu hamil yang memiliki riwayat keguguran berkali-kali.
Dalam kasus Lola istri saya, ia sempat
mengalami tiga kali keguguran. Apalagi keguguran yang ketiga ia mesti menjalani
operasi akibat kehamilan ektopik. Risiko terakhir ini membuat istri saya mesti
kehilangan tuba falopinya yang sebelah kanan. Tuba falopinya harus dipotong
sebab jabang bayi yang dikandungnya saat itu menempel di salah satu saluran
tuba dan berkembang di luar rahim (ovarium).
Seperti istri saya, siapa pun
perempuan yang telah menjalani operasi kehamilan ektopik kecil peluang untuk
mendapatkan anak.
Tapi cara Tuhan membuat skenario
sungguh luar biasa. Pasca operasi saya bersama istri berencana istirahat dari
program kelahiran. Di luar kehendak kami, belum genap dua bulan pasca operasi,
istri saya mengandung lagi.
Ketika mengetahui istri mengandung,
kami berdua dihinggapi kecemasan mengingat keadaan Lola yang masih masa
penyembuhan. Bagaimana mungkin dalam keadaan demikian rahimnya kuat mengandung
seorang bayi.
Beberapa kali kami membicarakan
keadaan ini. Apa langkah yang harus diambil. Apa kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi. Apalagi ada ketakutan jika kehamilan kali ini bisa berisiko
kehamilan ektopik seperti sebelumnya. Jika tidak, apakah jabang bayi tidak akan
membuat perut istri saya menjadi sakit lantaran bekas operasi yang belum sembuh
total.
Saking takutnya, di hati kecil saya
saat itu terbersit keinginan menggugurkan jabang bayi sesegera mungkin sebelum
perkembangannya semakin membesar. Saya tidak ingin istri saya mengalami risiko
melebihi ketika ia mesti terbaring hampir kehilangan kesadaran kala sebelum
operasi ektopik. Perutnya mengalami kesakitan yang sangat lantaran perkembangan
janin yang membesar bukan pada tempatnya.
Perlu diketahui kehamilan ektopik
seperti informasi yang saya cari berisiko kematian. Hal ini terjadi ketika sang
calon ibu mengalami pendarahan hebat dikarenakan kandungannya yang pecah.
Karena tidak kuat menahan sakit pecahnya kandungan inilah yang sering kali
membuat seorang calon ibu meninggal dunia.
Dalam kasus istri saya, setelah
ditelusuri melalui USG, ia mengalami pendarahan hebat. Melihat situasi saat
itu, seorang suster segera mengingatkan saya agar bertindak cepat ketika
seketika diputuskan mesti segera dioperasi. Jika terlambat ditangani dan proses
menjelang operasi yang lamban, kata suster kala itu akan berisiko kematian.
“Apakah sempat terjadi sebelumnya, Sus?” kata saya. “Iya, pak. Pernah ada yang
“lewat”” jawab suster setelah mengingatkan agar segera bertindak cepat.
Mengingat peristiwa itu, menghadapi
kehamilan Lola yang kali keempat saya memilih keselamatan istri. Ini saya pikir
jauh lebih realistis dibandingkan kandungannya yang masih sangat muda. Saat itu
melalui hitungan masa haid, usia kandungan Lola masih berusia sekitar satu
bulan. Masih sangat sangat muda.
Tapi, keputusan kami saat itu segera
memeriksanya ke dokter kandungan. Opsi saat itu bagi saya, jika memang kasusnya
masih kehamilan ektopik maka sesegera mungkin digugurkan entah dengan cara apa.
Jika tidak dan kandungannya normal, sesuai harapan Lola maka ia mesti
dipertahankan.
“Dipertahankan” saat itu berarti lain
di pikiran saya. Itu artinya seiring membesarnya janin, maka secara otomatis
akan membuat irisan operasi di perut Lola mengalami “gangguan”. Semakin
membesar janin makan semakin membuat perut istri saya melar dan itu dalam
keadaan bekas sayatan yang belum kering betul.
Tapi apa boleh buat. Risiko mesti
diambil.
Dan setelah diperiksakan, melalui
keterangan dokter terjadi penebalan rahim. Ini artinya Lola memang positif
hamil.
Mengingat riwayat kehamilan Lola yang
tiga kali keguguran dan pernah operasi kehamilan ektopik membuat dokter
terheran-heran. Sangat jarang perempuan yang mengalami operasi kehamilan luar
kandungan dapat segera hamil kembali. Peluangnya kecil karena hanya memiliki
satu indung telur.
Namun, tetap saja kala itu belum ada
keterangan pasti apakah kandungan kali ini dinyatakan di dalam rahim ataukah
tidak. Itulah sebabnya, untuk mengetahui secara pasti Lola dimintai
memeriksakan kembali kandungannya sepekannya lagi.
Kandungan Lola saat itu diketahui
berusia lima minggu. Kata dokter jika pekan depan diketahui di luar kandungan,
maka segera akan diberikan suntikan metotreksat agar menggagalkan janin berkembang.
Hari-hari setelah itu rasa was-was
masih mengintai kami berdua. Selama sepekan nasib kandungan istri saya belum
bisa dipastikan. Hingga akhirnya di pekan depannya kandungan Lola dinyatakan
tumbuh di dalam rahim. Dan dinyatakan dalam keadaan baik.
“Pertahankan ki, Bu.
Bagusji kandungan ta.”
“Bagaimana dengan bekas operasiku,
Dok? Apakah tidak berbahaya ji?
“Tidak ji, Bu. Apalagi
tidak bersamaan dengan dedek bayinya. Lagian nanti usia empat bulan ke atas
baru membesar perut ta.
“Rahim ta baik-baik ji.
Kan yang dibelah kemarin bukan rahim ta, hanya perut ta.
Begitulah kejadian saat itu. Kami
khawatir perkembangan janin bakal menyakiti bekas sayatan di perut Lola yang
belum kering.
Syahdan tiap minggu kami dimintai
rutin memeriksakan kandungan Lola. Mulai saat itu istri saya rutin diberikan
obat penguat agar janinnya dapat berkembang dengan baik.
***
BANU adalah amanah. Kehadirannya
awalnya di luar perencanaan kami. Semenjak dinyatakan sehat dalam kandungan, ia
senantiasa kami rawat sekemampuan kami. Sebisa mungkin. Sekeras-kerasnya.
Sering kali manusia berencana tapi
Tuhanlah yang menentukan. Kata Imam Ali, ketika seluruh rencana kita amburadul
tidak berjalan sesuai harapan, di saat-saat seperti itu justru Tuhan begitu
dekat dengan kita. Ia hadir mengendalikan jalan cerita di tengah-tengah kita.
Saat itu skenarioNya-lah yang sedang berjalan.
Di saat seperti itu kita dianjurkan
jangan bersedih apalagi sampai marah. Seharusnya di kondisi itu kita mesti
ikhlas. Bukankah skenario Tuhan jauh lebih baik berkali-kali lipat dibanding
kehendak kita?
Itulah sebabnya di dalam Al Qur’an
dinyatakan apa yang baik bagi kita belum tentu baik di mata Tuhan. Begitu pula,
jangan sampai yang buruk di mata kita justru sebaliknya itulah yang baik bagi
Tuhan.
Satu hal yang membuat Banu istimewa
karena ia dihadirkan di luar persangkaan kami. Ia adalah realisasi dari kemauan
Tuhan. Suatu rencana matang dari perencanaan siapa pun.
Banu dengan demikian adalah keajaiban
di tengah-tengah kami berdua. Ia sebenar-benarnya anugerah.
Jika demikian, lalu apa yang mesti
dikhawatirkan?