Selasa, 16 Juni 2020

Karya Seni Banu

Belakangan, sudah sangat sering Banu bertingkah dan bermain corat-coret di kulit permukaan dinding. Ia bisa menggunakan apa saja, yang ia anggap mampu mengguratkan garis berwarna warni tanpa memerhatikan di mana ia bisa melakukannya. 

Pensil, pulpen, dan spidol, benda-benda ajaib bagi ia ketika mukanya menyiratkan kesenangan apabila berhasil membuat sekumpulan garis acak, melintang, saling tindih, saling silang, melengkung, zig zag... Otomatis, kelakuannya ini membuat hampir setiap sudut rumah menjadi mirip galeri seni corat coret.  

“Ya ya ya ya.”

Mulutnya tidak berhenti berdawam seperti merayakan kebebasan. Ia ibarat seniman lukis yang tengah bergelut dengan entah apa di kepalanya. Dari lingkar kepalanya, otaknya pasti bekerja sedemikian rupa. Menggerakkan syaraf motoriknya membuat lengannya bergerak bebas saja naik turun, ke kanan, ke kiri. Sesekali menggunakan lengan kanan, tapi lebih sering lengan kirinya, yang berarti sebaliknya bagi otak kanan dan otak kirinya bergantian bekerja.

Sak, sak, sak, tidak lama, muncul garis-garis. Lurus, melingkar, berkelok, naik, turun…       

Hampir setiap hari dengan tiga benda itu, ia membuat karya bebas tanpa beban sama sekali. Selain di dinding, sialnya ia bisa melalukan hal yang sama di hampir semua benda yang dirasanya cocok untuk mengekspresikan kesenangannya itu; sofa, kertas, meja, almari, sprei dipan, sampul buku, sarung, bahkan punggung atau kaki saya jika tidur. 

Sebenarnya, kelakuan Banu ini sudah lama ia lakukan. Cuman baru beberapa minggu ini tingkah polahnya itu demikian intens dan seporadis. Sudah banyak spidol ia preteli. Sudah sering pakaiannya penuh tinta, dan lebih sering lagi tubuhnya mirip orang suku Indian ketika menjalani ritual peperangan dipenuhi warna warni.


Banu saat memasuki usia 1 tahun. Sehari sebelum 17 Agustus 2019
Banu saat memasuki 1 tahun. 
Sehari sebelum 17 Agustus 2019



Saya pribadi santai saja melihat tingkah Banu. Demikian juga ibunya yang nampaknya tidak keberatan jika dinding dan benda-benda di rumah ditandai bekas ”karya seni” Banu. Hari ini, waktunya bagi ia mencoba apa saja. Bereksperimen, mengenal, dan membaui tinta berwarna warni. Mengenal ”merah”, ”biru”, ”hijau”...

Sebagai makhluk intrepetatif, seringkali saya menarik dan membayangkan bentuk-bentuk yang tidak sengaja muncul dari corat-coret Banu di permukaan dinding. Hal ini sama ketika saya mampu menggambar dalam imajinasi saya tentang, semisal, muka gorila dari  garis motif gambar-gambar tegel di kamar mandi. Atau saat seperti suatu pola tertentu muncul dari bekas air liur kering di atas bantal. Atau pola-pola garis yang membentuk sesuatu yang tidak sengaja ditemukan dari rumbai horden di atas jendela.

Jadi, kesenangan Banu ini ada gunanya juga, setidaknya saya bisa menilai dari awal, bahwa kemungkinan besar tangan aktif Banu adalah tangan kiri, sama yang diturunkan dari neneknya.

Sekarang, selain aktifitas ”keseniannya” itu, saya kerap dibuat ngos-ngos jika diminta Banu meniup sekantong balon yang suka ia jadikan roket.  Tentu bukan meledakkan balon hijau, yang jadi omongan ngawur ustaz youtube itu.