Belakangan, sudah sangat sering Banu bertingkah dan bermain corat-coret di kulit permukaan dinding. Ia bisa menggunakan apa saja, yang ia anggap mampu mengguratkan garis berwarna warni tanpa memerhatikan di mana ia bisa melakukannya.
Pensil, pulpen, dan spidol,
benda-benda ajaib bagi ia ketika mukanya menyiratkan kesenangan apabila
berhasil membuat sekumpulan garis acak, melintang, saling tindih, saling
silang, melengkung, zig zag... Otomatis, kelakuannya ini membuat hampir setiap
sudut rumah menjadi mirip galeri seni corat coret.
“Ya ya ya ya.”
Mulutnya tidak berhenti
berdawam seperti merayakan kebebasan. Ia ibarat seniman lukis yang
tengah bergelut dengan entah apa di kepalanya. Dari lingkar kepalanya, otaknya
pasti bekerja sedemikian rupa. Menggerakkan syaraf motoriknya membuat lengannya
bergerak bebas saja naik turun, ke kanan, ke kiri. Sesekali menggunakan lengan
kanan, tapi lebih sering lengan kirinya, yang berarti sebaliknya bagi otak
kanan dan otak kirinya bergantian bekerja.
Sak, sak, sak, tidak lama, muncul
garis-garis. Lurus, melingkar, berkelok, naik, turun…
Hampir setiap hari dengan tiga
benda itu, ia membuat karya bebas tanpa beban sama sekali. Selain di dinding, sialnya
ia bisa melalukan hal yang sama di hampir semua benda yang dirasanya cocok
untuk mengekspresikan kesenangannya itu; sofa, kertas, meja, almari, sprei
dipan, sampul buku, sarung, bahkan punggung atau kaki saya jika tidur.
Sebenarnya, kelakuan Banu ini sudah
lama ia lakukan. Cuman baru beberapa minggu ini tingkah polahnya itu demikian
intens dan seporadis. Sudah banyak spidol ia preteli. Sudah sering pakaiannya
penuh tinta, dan lebih sering lagi tubuhnya mirip orang suku Indian ketika
menjalani ritual peperangan dipenuhi warna warni.
Banu saat memasuki 1 tahun. Sehari sebelum 17 Agustus 2019 |
Saya pribadi santai saja melihat
tingkah Banu. Demikian juga ibunya yang nampaknya tidak keberatan jika dinding
dan benda-benda di rumah ditandai bekas ”karya seni” Banu. Hari ini, waktunya
bagi ia mencoba apa saja. Bereksperimen, mengenal, dan membaui tinta berwarna
warni. Mengenal ”merah”, ”biru”, ”hijau”...
Sebagai makhluk intrepetatif,
seringkali saya menarik dan membayangkan bentuk-bentuk yang tidak sengaja
muncul dari corat-coret Banu di permukaan dinding. Hal ini sama ketika saya
mampu menggambar dalam imajinasi saya tentang, semisal, muka gorila dari garis motif gambar-gambar tegel di kamar
mandi. Atau saat seperti suatu pola tertentu muncul dari bekas air liur kering
di atas bantal. Atau pola-pola garis yang membentuk sesuatu yang tidak sengaja
ditemukan dari rumbai horden di atas jendela.
Jadi, kesenangan Banu ini ada
gunanya juga, setidaknya saya bisa menilai dari awal, bahwa kemungkinan besar
tangan aktif Banu adalah tangan kiri, sama yang diturunkan dari neneknya.
Sekarang, selain aktifitas ”keseniannya” itu, saya kerap dibuat ngos-ngos jika diminta Banu meniup sekantong balon yang suka ia jadikan roket. Tentu bukan meledakkan balon hijau, yang jadi omongan ngawur ustaz youtube itu.