Sabtu, 29 Desember 2018

Jam Malam Banu

BANU sudah hampir memiliki batang leher yang kokoh. Perkembangan ini sesuatu yang alamiah dan sebenarnya bukan hal luar biasa. Tapi, bagi Banu saya mengira ini suatu pengalaman baru. Dia setelah lebih senang digendong vertikal lebih suka mengedarkan pandangannya ke hampir seluruh penjuru.

Saya tidak tahu bagaimana sensasi ketika Banu pertama kalinya memiliki daya pandang yang hampir menyerupai cara burung hantu memutar kepalanya. Barangkali heran, takjub, atau mungkin ganjil bagi dia. Tapi, apapun sensasinya dia mesti beradaptasi dengan pengalaman barunya ini.

Awalnya memang agak terlambat bagi Banu memiliki kemampuan semacam di atas. Ia sampai hari ini belum mampu membalik putar tubuhnya sendiri sampai tengkurap. Berbeda dari pengalaman bayi seusianya, saya merasa Banu punya masa tersendiri untuk melakukan pengalaman membalik badannya sendiri. Dia mesti mampu melakukannya sendiri tanpa mesti dibantu. Ini bagian latihan bagi dirinya untuk mengetahui sejauh mana ia mampu membawa berat badan dirinya.

Soal berat badannya, ada kekhawatiran tersendiri dari ibunya karena Banu sampai hari ini sudah seberat 7 kilo lebih. Ia khawatir Banu obesitas dan tidak mampu secara alami mengontrol perkembangan otot-ototnya.

Tapi, saya justru senang jika Banu nampak gemuk, setidaknya di enam bulan pertamanya. Menurut saya jika Banu gemuk tidak akan lewat dari enam bulan pertamanya. Setelah itu saya lebih suka Banu memiliki bobot tubuh sedang-sedang saja. Tidak gemuk dan jangan sampai kelihatan kurusan. Namun intinya yang penting ia sehat.

Kemarin, teman Lola datang berkunjung di rumah. Lengkap beserta suami dan anaknya. Seperti juga kami mereka adalah orangtua muda yang baru dikaruniai seorang putri. Bedanya usia putri mereka lebih cepat tiga bulan dari Banu. Dengan kata lain Banu lebih muda dari Alula, nama bayi itu. Namun yang membuat kami tertawa bersama adalah tubuh Banu yang jauh lebih besar dari Alula. Ia nampak dominan dari segi otot yang dimilikinya. Seolah-olah ia sudah berusia sama dengan Alula.

Bayi laki-laki memang jauh lebih kuat menyusui dibanding bayi perempuan. Itu yang mungkin menjadi perbedaan utama antara Banu dan Alula. Itu juga sebabnya, otot tubuhnya jauh lebih bergelambir dari Alula.

Sejak empat hari lalu, saya bersama Lola rata-rata tidur tidak jauh dari jam 12 malam. Apa pasal karena Banu belakangan seperti lebih aktif di malam hari. Ia sulit tidur lebih awal di malam hari. Seringkali ia baru tidur ketika jam 12 malam. Itu artinya empat hari ini kami bertiga lebih banyak begadang menghabiskan trik agar Banu dapat lebih cepat tidur. Tapi, seperti sudah-sudah kami selalu gagal. Banu lebih sering menang taruhan dari kami.

Kami mencurigai sebab utama Banu bisa demikian bukan karena jam tidurnya di siang hari --kami sudah mencoba mengurangi jam tidurnya di siang hari, tapi seringkali tidak berhasil--tapi --ini temuan baru--karena ternyata tanpa kami tahu, setelah jam 6 sore Banu lebih banyak mendapatkan rangsangan sehingga membuatnya jauh lebih aktif. Menurut artikel yang saya baca, sebab bayi yang sering diajak bermain di sore hari akan berdampak panjangnya waktu aktif di malam hari. Hal itu yang akan membuatnya kesulitan tidur lebih awal seperti harapan kami.

Hari ini kami akan mencoba salah satu temuan kami itu. Berhasil tidaknya akan kami lihat nanti malam. Apakah saya yang harus menyeduh kopi jauh lebih banyak dari hari biasa, atau Banu yang akan lebih cepat pulas seperti anggota dewan yang lebih cepat mengantuk di saat rapat. Semoga.

Minggu, 16 Desember 2018

Banu dan Arsip


SEJAK memiliki anak, saya mulai menyadari pentingnya arsip keluarga. Entah dalam bentuk video, kumpulan foto, album perkawinan, list kegiatan, hari kejadian penting, daftar berat bedan, daftar penyakit, nota perbelanjaan, daftar obat-obatan, atau surat menyurat dapat sangat bermaanfaat ketika suatu waktu dibutuhkan.

Misalnya ketika membutuhkan informasi keuangan keluarga dalam rentang enam bulan terakhir, setidaknya catatan keuangan berupa pengeluaran dan pemasukan selama itu dapat ditelusuri melalui catatan yang sudah disiapkan.

Dari itu kita bisa melihat walaupun dengan sederhana grafik keuangan yang terjadi selama enam bulan terakhir. Apa-apa saja yang menyebabkan banyak dibutuhkan pendanaan, dalam rangka apa pendanaan digunakan, atau apa yang mesti dilakukan ketika ingin menekan biaya pengeluaran jika pemasukan sedang tidak stabil.

Atau ketika di musim tertentu ada anggota keluarga yang terserang penyakit, bisa saja yang bersangkutan membuka kembali arsip yang berkaitan dengan daftar obat apa saja yang mesti dikonsumsi ketika menghadapi penyakit yang sama. Jenis makanan apa yang mesti dihindari dan yang layak dikonsumsi jika terserang penyakit tertentu, dapat dilihat dari pencacatan arsip yang tersimpan.

Sangat mungkin juga yang bersangkutan memiliki sejumlah catatan sederhana tentang langkah apa saja yang pernah diambil untuk menyediakan kondisi agar keadaan serupa tidak terjadi lagi. Apa yang mesti dihindari agar penyakit tidak semakin parah. Dan seperti juga dengan cara seperti apa agar semua itu lebih efisien dilakukan.

Awalnya terdorong keinginan saya untuk melihat kembali foto-foto masa kecil yang ternyata sudah tidak lagi dimiliki. Besar kemungkinan, sejumlah album yang saya cari itu tercecer atau hilang entah kemana akibat beberapa kali pindah mukim.

Lantaran karena hilang dan hanya tersisa foto-foto ketika sekolah menengah pertama, saya berkesimpulan tidak terjaganya arsip keluarga dengan baik berefek kepada lumpuhnya ingatan kolektif keluarga dalam suatu momen.

Memang cenderung nostalgis, tapi begitulah. Suatu momen memang perlu diabadikan untuk menjadi modal bagi masa depan ketika suatu waktu diperlukan.

Dilihat dari segi kerja pengarsipan memang cenderung merepotkan. Bahkan membutuhkan waktu seumur hidup hanya untuk merekam dan meyimpan sejumlah data-data penting. Apalagi sifatnya yang kontinyu dan intens, kerja pengarsipan, terlebih itu bagi komunitas keluarga, perlu dilakukan secara pelan-pelan dan sabar.

Saya sendiri masih mengusahakan berbagai medium untuk kerja arsip keluarga. Sejauh ini berkat kemajuan teknologi informasi semisal blog dan rekaman foto dapat membantu itu semua lebih ringan dilakukan. Selebihnya untuk catatan-rekaman kejadian sehari-hari yang terkait dapur dan rumah tangga, untuk sementara memanfaatkan bundel buku tulis yang lebih praktis.

Dalam konteks yang lebih luas, Pramoedya Ananta Toer adalah sosok arsiparis yang patut dijadikan inspirasi. Ia bahkan menggunakan kerja arsiparis sebagai tulang punggung kerja kesastrawanannya. Bukan saja itu, melalui kegiatan kliping koran ---pekerjaan yang hilang dari kurikulum sekolah-- ia membuat satu arsip besar tentang sejarah Indonesia.

Untuk ukuran masa kini, Muhiddin M. Dahlan, adalah sosok yang menghidupkan pengarsipan sebagai laku panjang dan terus-menerus. Sosok Muhiddin sengaja melakukan pekerjaan yang juga dilakukan Pram karena melihat arti penting sejarah bagi proses regenerasi bangsa. Sejarah tanpa arsip barangkali hanya sekumpulan narasi yang nyaris menyerupai mitos. Begitu kira-kira arti arsip bagi sejarah.

Dengan kata lain, arsip begitu penting untuk menyegarkan dan bahkan mengekalkan memori yang cenderung mudah luntur dialiri waktu (sebagai contoh: ingatan kolektif bangsa yang pendek salah satu sebabnya karena tidak ditunjang dengan tradisi pengarsipan yang baik ---rindunya sebagian masyarakat kepada Orba adalah kasus yang baik tentang ini). Untuk kepentingan bangsa, arsip bahkan menjadi kaki-kaki yang menopang berdiri-awetnya suatu bangsa.

Terlepas dari semua itu, motifasi utama pentingnya arsip keluarga tidak jauh-jauh dari Banu, buah hati saya. Bahkan ia adalah porosnya. Karena dia saya mewajibkan diri menyimpan hal-hal penting berkaitan dengan dirinya.

Hari ini Banu genap berusia empat bulan.

Selasa, 04 Desember 2018

Banu dan Corat-Coret di Toilet


APA boleh buat, belakangan Banu mengalami gagal puting. Ia emoh berlama-lama menyusu kepada ibunya. Toh jika ia menyusu langsung, lebih sering ia sekadar memain-mainkan lidahnya belaka.

Sementara di satu sisi ia seringkali lebih tidak sabar untuk segera dapat mengisap air susu ibunya. Ini memang masalah, terutama keinginan Lola agar Banu dapat mengasi langsung tanpa melalui perantaraan dot.

Asi bagi Banu sejauh ini lumayan berlimpah. Ibunya rajin memerah dan menyimpannya sebagai stok jika suatu waktu diperlukan. Ini dilakukan dengan juga mempertimbangkan jika ia berhalangan menyusui Banu secara langsung.

Kerajinannya memerah ini bukan tanpa masalah, melainkan Lola sering mengalami perasaan tidak nyaman ketika stok Asinya dari hari ke hari semakin memenuhi isi kulkas. Apalagi ia kerap memikirkan akan dikemanakan jika semua Asi itu pada akhirnya kadaluarsa. Lola juga bingung karena beberapa kali mencari orang yang membutuhkan Asi tapi akhirnya tidak ada yang membutuhkan.

Namun, pada akhirnya semua stok yang sudah kadaluarsa mesti digantikan. Apalagi beberapa waktu lalu Makassar mengalami gangguan listrik yang mengakibatkan pemadaman selama beberapa hari. Asi-nya yang semula beku kemudian mencair, dan Asi yang sudah mencair ketika tidak digunakan sudah tidak bisa disimpan untuk kali kedua.

Konon, di usia 3 bulanan, bayi mulai malas-malasan menetek. Barangkali di usia ini masa transisi trisemester pertama bayi mengalami perubahan posisi menyusu. Yang semula sering diposisikan menyusu tidur mulai bosan dengan gaya yang sama.

Atau seiring waktu, di usia tiga bulanan mulut bayi mengalami banyak berkembangan berarti yang berpengaruh kepada caranya menyedot Asinya.

Namun, kesimpulan kami berdua keengganan Banu menetek dikarenakan polah menetek yang menggunakan dot. Awalnya polah ini hanya pilihan alternatif saat Lola mengalami asbes pada putingnya.

Lola saat itu mengalami kesakitan ketika menyusui. Hingga setelahnya Lola terkena mastitis yang membuat payudaranya membengkak.

Sisi baik dari itu, Lola lebih rajin lagi memerah dan memijit payudaranya. Kebiasaan inilah yang akhirnya menjadi rutinitas Lola hingga sekarang. Ketika ia memiliki kegiatan di luar yang tak bisa dihindari, dia selalu membawa alat perahnya untuk rutin mengeluarkan endapan Asinya.

Sisi buruknya, Banu keseringan menggunakan dot ketika ia menetek. Apalagi ia tidak terlalu menyukai menetek kalau payudara ibunya penuh dengan air Asi. Kata Lola, ia juga lebih menyukai aliran Asinya tidak terlalu deras mengalir kala dihisapnya.

Usia Banu yang sudah 3 bulan lebih juga waktunya diperkenalkan kepada benda-benda yang mampu digenggamnya. Mulai tiga bulan, ia sudah dikondisikan dapat memegang sesuatu.

Entah itu diketahuinya, tapi ini baik bagi perkembangan kemampuan jari-jarinya untuk mengenal beragam tekstur permukaan benda-benda.

Berkat hadiah sahabat Lola, Banu sudah mulai kami perlihatkan kartu-kartu permainan berupa gambar-gambar binatang. Kartu ini lengkap dengan nama-nama binatang, serta ditampilkan dengan aneka ragam warna.

Walaupun Banu hanya seperti menatapnya dengan cara yang aneh, kebiasaan ini akan membantunya kelak terutama bagi kemampuan kognitifnya.

Dan terakhir, yang paling tidak sesuai dengan usianya, pagi ini saya sudah membacakannya dua cerpen yang diambil dari kumcer Corat-Coret di Toilet-nya Eka Kurniawan. Banu nampak antusias memerhatikan dengan gaya membaca saya yang nyaring mirip di acara-acara sastra. Sesuatu yang membuat saya bersemangat melakukannya.

Akhirnya, setelah saya menyudahinya dan bertanya kepadanya apakah ada sesuatu yang dimengertinya? Yang dipahaminya? Ia hanya mengatakan "Enggek...nggeek". Dua kata yang membuat saya berpikir keras di pagi-pagi yang mulai mendung.