Minggu, 31 Mei 2020

Bagaimana Cara Banu Politisasi Bahasa

Ada tiga binatang, selain sapi dan segerombol binatang mamalia yang suka ia tiru suaranya setiap kali ia menunjukkan kemampuan mengingatnya, saat melihat poster bergambar aneka jenis binatang. Sebelum itu, Banu telah meloncat ke atas tempat tidur, dan menggunakan jari telunjuknya untuk memastikan bahwa binatang yang ia hapal, tidak meleset dengan gambar yang terpampang di poster yang ditempel tepat di atas ujung dipan.

Ia dengan senang hati akan mengatakan ”moo” seolah-olah mewakili suara gambar sapi yang barusan ia tekan-tekan menggunakan ujung jarinya, atau ”mbek” untuk menegaskan gambar yang ia tunjuk adalah kambing, meski terkadang ia sulit membedakan yang mana domba dan yang mana kambing.

Kegiatan ini akan terus ia ulang-ulang jika ada yang mengingatkannya mengenai binatang-binatang dengan melempar sebuah pertanyaan.

”Coba tunjukkan yang mana kuda, Banu?”, ”Kalau monyet, yang mana?”, ”kalau bebek, nak?”, begitu seterusnya, dan ia setelah itu akan mudah menunjukkan binatang-binantang yang dimaksud.

”Abi, babi!”

”Abi, babi!”

Kali ini Banu sedang menunjuk binatang berkulit pink, yang kadang terdengar aneh seolah-olah itu kalimat pernyataan yang menyatakan saya adalah babi, alih-alih sebagai sebuah ujaran penegasan.


Gambar vektor wajah Banu


Kata ”Abi” (arab: bapak) dan ”babi” akan kabur artinya jika Banu menggunakannya tanpa diikuti konteks peristiwa di belakangnya. Kadang itu bisa berarti ”babi” jika yang terjadi seperti konteks di atas. Kadang pula suku kata ”Bi” dipakai Banu untuk memanggil. ”Bi” dengan dua kali penegasan tanda ia membutuhkan perhatian untuk bermain.

Kadang ia sampai harus memanggil sambil berlari ke ruang depan dan mendapati saya di depan laptop. Saat ini, ia akan menarik-narik tangan saya yang seolah-olah ingin mengajak ke suatu tempat. Sering kali kejadian ini akan berubah seperti dua orang yang sedang terlibat lomba tarik tambang. Saling mempertahankan posisi agar tidak sedikit pun bergeser. Meski demikian, Anda pasti tahu siapa bakal memenangkan ”lomba” tarik ulur ini pada akhirnya.

Oh iya. Tiga binatang yang sering Banu katakan jika ia melihatnya adalah nyamuk, semut, dan cacing, yang sebenarnya adalah ulat berkaki seribu! Masing-masing akan berubah pengucapannya menjadi ”mu’” untuk nyamuk, ”mu’” juga untuk semut, dan ”caccing” untuk ulat berkaki seribu.

Untuk yang terakhir ini Banu akan bersegera menjulurkan sapu yang ia ambil di sudut ruangan menghendaki agar binatang yang tidak benar-benar berkaki seribu itu segera dienyahkan.

”Bi..."

”Bi..bi!”

Kali ini, sudah tentu bukan babi yang ia panggil, kan?